Smalane

"Kami pemimpin bangsa tak kenal kata menyerah. Walaupun lelah letih melanda. Badan di tegakan lihat lurus kedepan dengan semangat baja. Jangan hiraukan tipu daya kemalasan. Pikiran jernih hatipun suci. Dengan petunjuk tuhan yang maha pengasih. Meraih terus Prestasi.... Prestasi..."

Gimana dulu perasaannya pas nyanyi lagu ini pas Perisai? Biasa aja kah? Kagum kah? Tersemangati kah? Apa masih sama kalau sekarang dengar lagu itu lagi? Saya sendiri sampai sekarang masih merinding kalau dengar lagu itu. Saya jadi ingat saat kita dibariskan di koridor dan berjalan bersama. Saya jadi ingat saat pertama kali kita dapat pin smala. Saya jadi ingat raut muka mbak-mas kita saat itu. Saya jadi ingat semua orang hebat yang lahir di sekolah ini. Saya jadi ingat kalau sekolah kita ini bukan sekolah biasa. Saya jadi ingat kalau kita ini calon Pemimpin Bangsa. Saya jadi ingat bahwa sebenarnya tanggung jawab kita ini besar sekali.

***

Seperti yang mbak-mas ketahui. Karena satu dan lain hal, tahun ini banyak terjadi perubahan di Smala. Bukan sebuah perubahan kecil, tapi beberapa perubahan besar. Perubahan yang menimbulkan efek yang sangat besar bagi kita para Smalane. Tak terkecuali para calon Smalane baru tahun ini. Banyak diantara kita yang 'kontra' dengan kebijakan ini. Tapi tidak sedikit juga diantara kita yang cuma 'kontra' saja tapi tidak punya solusi. Cuma ikut meramaikan dunia maya dengan kalimat-kalimat mengeluh. Tidak sedikitpun khawatir sekolah ini mendapat penilaian negatif dari dunia luar. Apa seperti itu cara seorang Smalane menyikapi sebuah masalah? Lantas dimana 'Persepsi', 'Proaktif', 'Leadership', dan 'Cinta Almamater' yang kita dapat dulu?

Lalu bagaimana kita menyikapi perubahan ini? Perlu kita semua ketahui bahwa kebijakan-kebijakan tersebut tidak dibuat tanpa alasan. Jadi gunakanlah Persepsi dan Proaktif kita untuk menyikapi masalah ini. Jangan sampai kita menjadi orang yang telalu 'Trandition Oriented' sehingga kita menutup diri dengan semua perubahan yang ada. Bukannya saya mendukung semua perubahan ini. Tapi mari kita coba menyikapi ini selayaknya seorang Smalane. Tidak salah kita mencoba melestarikan budaya sekolah ini. Tapi dengan seiring berkembangnya zaman apa semua budaya ini masih bisa relevan? Masih banyak hal baru yang bisa kita coba untuk menciptakan budaya baru. Oleh karena itu ada yang namanya perubahan.

Perubahan ini juga banyak mempengaruhi sistem pengkaderan tahun ini. Banyak yang bilang Smalane baru tahun ini belum mendapatkan seratus persen dari semua hal yang seharusnya mereka dapatkan. Sehingga mereka belum seratus persen menjadi seorang Smalane. Dibatasinya kekuatan sistem generasi tahun ini juga banyak berakibat pada mereka. Kita sebagai mbak-mas terasa agak jauh dengan mereka. Apa semua ini salah mereka? Tentu saja tidak. Ini adalah tanggung jawab kita untuk menjadi lebih dekat dengan mereka.

Bagaimana caranya? Kaderisasi bukan cuma tanggung jawab paintia Perisai dan Samurai saja. Tapi kita semua. Sebagai mbak-mas kita harus bisa dekat dengan mereka. Kita harus bisa menanamkan nilai seorang Smalane kepada mereka. Bukan hanya dengan ucapan tapi dengan perbuatan kita. Gunakan Leadership yang kita miliki untuk membimbing mereka menjadi Smalane yang seratus persen. Kalau saja kita biarkan mereka lalu 10 tahun lagi nilai-nilai seorang Smalane yang suci dalam pikiran, benar jika berkata, tepat dalam tindakan, dan dapat dipercaya sudah hilang dari sekolah ini. Apa kita tidak ikut bersalah? Berpuluh-puluh tahun sekolah ini menjadi sekolah yang hebat. Kalau tiba-tiba saja semua itu hancur. Apa kita tidak ikut berdosa?

Jadi, dengan semua perubahan ini mari kita sikapi selayaknya seorang Smalane. Karena tanggung jawab semua orang hebat yang pernah dihasilkan sekolah ini sekarang berada di tangan kita. Mari kita emban tanggung jawab ini dengan penuh rasa kecintaan terhadap sekolah kita ini. Karena kita ini adalah seorang Smalane yang Cinta Almamater.